Jumat, 03 Juni 2016



KIMIA ORGANIK
“ ALKANA ALKENA ALKUNA”


Di susun oleh :
MUTIARA ASIH                  1114030




AKADEMI FARMASI AL – ISHLAH CILEGON
2015


KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Tentang Alkana, Alkena, dan Alkuna, dengan baik meskipun banyak kendala yang menghambat mengenai kemampuan pengetahuan penulis yang masih perlu dikembangkan.
Penulis  menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkankan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam penulisan tugas ini. penulis berharap semoga dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penulis, dan umumnya bagi pembaca.




Cilegon,    Februari 2015

 Penyusun






DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................................. Ii
Bab I   ................................................................................................................................. 1
            1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1
            1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
            1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
Bab II  ................................................................................................................................. 3
            2.1 Alkana ............................................................................................................... 3
            2.1.1 Tata Nama Alkana........................................................................................... 4
            2.1.2 Isomer Alkana................................................................................................. 5
            2.1.3 Sifat-Sifat Alkana............................................................................................ 7
            2.1.4 Manfaat Alkana............................................................................................... 8
            2.2 Alkena................................................................................................................ 9
            2.2.1 Tata Nama Alkena........................................................................................... 9
            2.2.2 Isomer Alkena............................................................................................... 10
            2.2.3 Sifat-Sifat Alkena.......................................................................................... 13
            2.2.4 Manfaat Alkena............................................................................................. 16
            2.3 Alkuna.............................................................................................................. 16
            2.3.1 Tata Nama Alkuna......................................................................................... 17
            2.3.2 Isomer Alkuna............................................................................................... 18
            2.3.3 Sifat-Sifat Alkuna.......................................................................................... 19
            2.3.4 Manfaat Alkuna............................................................................................. 20
Bab III ............................................................................................................................... 21
            3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 21
            3.2 Saran................................................................................................................ 21
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen (H) dan atom karbon (C). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.
Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
a. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.
b. Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna.
c. Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatik. Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai tertutup.
d. Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk rantai benzena.





1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini penulis merumuskan masalah yang akan dibahas:
a.       Apa pergertian dari Alkana, Alkena dan Akuna?
b.      Bagaimana rumus umum dari Alkana, Alkena dan Akuna?
c.       Bagaimana tata nama dari Alkana, Alkena dan Akuna?
d.      Apa saja sifat-sifat dari Alkana, Alkena dan Akuna?
e.       Apa saja kegunaan dari Alkana, Alkena dan Akuna?

1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang dibahas di makalah ini maka penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.       Memberikan pengetahuan tentang senyawa hidrokarbon.
b.      Memberi pengertian dari Alkana, Alkena dan Akuna.
c.       Memaparkan rumus umum dan cara tata nama yang benar dari  Alkana, Alkena dan Akuna.
d.      Memberikan pengetahuan tentang sifat-sifat beserta kegunaan dari Alkana, Alkena dan Akuna dalam kedupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ALKANA
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa alkana merupakan rantai karbon yang paling sederhana.. Senyawa paling sederhana dari alkana yaitu metana. Metana hanya memiliki satu atom karbon yang mengikat empat atom H. Senyawa alkana mempunyai rumus :
CnH2n + 2
Deret homogon dari rumus struktur, rumus molekul, dan tata nama senyawa alkana
Jumlah Karbon
Rumus Molekul
Rumus Bangun
Tata Nama
1
CH4
CH4
Metana
2
C2H6
CH3 – CH3
Etana
3
C3H8
CH3 – CH2 – CH3
Propana
4
C4H10
CH3 – (CH2)2 – CH3
Butana
5
C5H12
CH3 – (CH2)3 – CH3
Pentana
6
C6H14
CH3 – (CH2)4 – CH3
Heksana
7
C7H16
CH3 – (CH2)5 – CH3
Heptana
8
C8H18
CH3 – (CH2)6 – CH3
Oktana
9
C9H20
CH3 – (CH2)7 – CH3
Nonana
10
C10H22
CH3 – (CH2)8 – CH3
Dekana


2.1.1TATA NAMA ALKANA
Dalam pemberian nama alkana ini akan sangat sulit jika hanya menggunakan tata nama alkana biasa (metana s.d. dekana, untuk C1 –C10). Hal ini disebabkan adanya isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya nama-nama khusus. Misalnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus, sedangkan awalan iso untuk isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor dua. Padahal sangat sulit bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon yang mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan penamaan senyawa kimia. Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata nama IUPAC (International Unionof Pure and Applied Chemistry).
Senyawa-senyawa alkana diberi nama berakhiran –ana. Misalnya, jika atom C-nya ada lima atau C5, namanya pentana; jika C6, namanya heksana dan seterusnya. Senyawa alkana yang mempunyai rantai karbon lurus namanya diberi awalan normal dan disingkat dengan n.

CH3 – CH2 – CH2 – CH3
n-butana
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
n-pentana
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
n-heksana
Senyawa alkana yang mempunyai rantai karbon bercabang terdiri dari rantai utama dan rantai cabang. Rantai utama adalah rantai hidrokarbon yang terpanjang diberi nomor secara berurutan dimulai dari ujung yang terdekat dengan cabang.
·         Jika terdapat beberapa pilihan rantai utama maka pilihlah rantai utama yang paling banyak cabangnya.
  • Jika ada dua cabang yang berbeda terikat pada atom C dengan jarak yang sama dari ujung maka penomoran dimulai dari atom C yang lebih dekat ke cabang yang lebih panjang.
2.1.2 ISOMER ALKANA
Isomer adalah senyawa kimia yang memiliki rumus molekul yang sama – yang berarti bahwa mereka terdiri dari jumlah yang sama dari jenis atom yang sama – tetapi memiliki struktur atau pengaturan yang berbeda dalam ruang.   Senyawa alkana paling rendah yang dapat memiliki isomer yaitu butana (C4H10).
(1). n-butana
H3C – CH2 – CH2 – CH3
(2). 2-metil-propana
isomer yang mungkin dari heksana, C6H14.
(1). n-heksana
H3C – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
(2). 2-metil-pentana
(3). 3-metil-pentana
(4). 2,2-dimetil-butana
(5). 2,3-dimetil-butana
isomer yang mungkin dari pentana, C5H12
(1). n–pentana         
H3C – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
(2). isopentana atau 2–metilbutana
(3). neopentana atau 2,2–dimetilpropana
2.1.3 SIFAT SIFAT ALKANA
1) Semua hidrokarbon merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak larut dalam air. Jika suatu hidrokarbon bercampur dengan air, maka lapisan hidrokarbon selalu di atas sebab massa jenisnya lebih kecil daripada 1. Pelarut yang baik untuk hidrokarbon adalah pelarut nonpolar, seperti CCl4 atau atau sedikit polar (dietil eter atau benzena).
2) Alkana mudah larut dalam pelarut organik.
Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah.

3) Pada suhu dan tekanan biasa, empat alkana yang pertama (CH4 sampai C4H10  berwujud gas. Pentana (C5H12) sampai heptadekana (C17H36) berwujud cair, sedangkan oktadekana (C18H38) dan seterusnya berwujud padat. Alkana lebih ringan dari air.
1) Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan dengan senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana kadang disebut paraffin (berasal dari bahasa Latin: parum affins, yang artinya "afinitas kecil sekali").
2) Pembakaran/oksidasi alkana bersifat eksotermik (menghasilkan kalor). Pembakaran alkana berlangsung sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran sempurna menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO. [1] Itulah sebabnya alkana digunakan sebagai bahan bakar. Secara rata-rata, oksidasi 1 gram alkana menghasilkan energi sebesar 50.000 joule.
Reaksi pembakaran sempurna :
CH4(g) + 2 O2(g)  CO2(g) + 2 H2O(g) + Energi
Reaksi pembakaran tak sempurna:
2 CH4(g) + 3 O2(g)  2 CO(g) + 4 H2O(g) + Energi
3) Jika direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, dan I2), maka atom-atom H pada alkana mudah mengalami substitusi (penukaran) oleh atom-atom halogen.
CH4 + Cl2 → CH3Cl (metilklorida (klorometana)) + HCl
CH3Cl + Cl2 → CH2Cl2 (diklorometana) + HCl
CH2Cl2 + Cl2→ CHCl3 (kloroform (triklorometana)) + HCl
CHCl3 + Cl2 → CCl4 (karbon tetraklorida) + HCl
4)Senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Reaksi eliminasi adalah reaksi penghilangan atom/gugus atom untuk memperoleh senyawa karbon lebih sederhana. Contoh pada reaksi eliminasi termal minyak bumi dan gas alam.

800 - 900 oC



CH3 - CH2 - CH3
CH3 - CH = CH2 + H2


Propana

Propena








800 - 900 oC



CH3 - CH2 - CH3
CH2 = CH2
+
CH4
Propana

Etena

Metana
2.1.4 MANFAAT ALKANA
            Secara umum, alkana berguna sebagai bahan bakar dan bahan baku dalam industri petrokimia.Metana; berguna sebagai bahan bakar untuk memasak, dan bahan baku pembuatan zat kimia seperti H2 dan NH3.Etana; berguna sebagai bahan bakar untuk memasak dan sebagai refrigerant dalam sistem pendinginan dua tahap untuk suhu rendah.Propana; merupakan komponen utama gas elpiji untuk memasak dan bahan baku senyawa organik.Butana; berguna sebagai bahan bakar kendaraan dan bahan baku karet sintesis.Oktana; merupakan komponen utama bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu bensin.

2.2PENGERTIANALKENA
            Alkena merupakan salah satu senyawa hidrokarbon alifatik yang bersifat tidak jenuh, tetapi cukup bersifat reaktif. Istilah yang digunakan adalah tidak jenuh, yang menandakan bahwa alkena mengandung atom hidrogen yang kurang dari jumlah semestinya, jika dihubungkan dengan jumlah atom karbonnya.

            Gugus fungsi alkena yang utama adalah adanya ikatan rangkap dua antar karbon (C=C). Gugus fungsi ini sangat mempengaruhi reaksi pada golongan alkena. Secara umum, reaksi yang dapat terjadi pada alkena dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu reaksi pada ikatan rangkap dan reaksi di luar ikatan rangkap. Reaksi alkena yang terjadi pada ikatan rangkap dinamakan reaksi adisi, sedangkan di luar katan rangkap dinamakan reaksi substitusi.
Rumus umum dari senyawa alkena adalah CnH2n
Jumlah C
Rumus Bangun
Rumus Molekul
Nama Kimia
2
H2C = CH2
C2H4
Etena
3
H2C = CH – CH3
C3H6
Propena
4
H2C = CH – CH2 – CH3
C4H8
1-butena
5
H2C = CH – (CH2)2 – CH3
C5H10
1-pentena
6
H2C = CH – (CH2)3 – CH3
C6H12
1-heksena
7
H2C = CH – (CH2)4 – CH3
C7H14
1-heptena
8
H2C = CH – (CH2)5 – CH3
C8H16
1-oktena
9
H2C = CH – (CH2)6 – CH3
C9H18
1-nonena
10
H2C = CH – (CH2)7 – CH3
C10H20
1-dekena

2.2.1 TATA NAMA SENYAWA ALKENA

            Sama seperti alkana, tata nama senyawa alkena juga punya ciri khas. Jika di senyawa alkana berakhiran -ana maka pada senyawa alkena tinggal mengganti akhiran tersebut dengan akhiran -ena. Misalnya pada Alakan C4H10 dinamakan Butana maka C4H8 dinamakan Butena. Hanya berbeda pada akhirannya saja.
Alkena paling rendah yang memiliki isomer yaitu butena (C4H8). Alkena memiliki dua jenis isomer sebagai berikut.
1) Isomer posisi
            Isomer posisi adalah senyawa-senyawa dengan rumus molekul sama, namun memiliki penataan atom yang berbeda. Alkana hanya memiliki satu jenis isomer posisi, namun alkena memiliki dua jenis perubahan penataan atom, yaitu:
a) isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh ikatan rangkap,
b) isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh rantai cabang.
isomer posisi yang mungkin dimiliki oleh C4H8 butena
(1). 1-butena
H2C = CH – CH2 – CH3
(2). 2-butena
H3C – CH = CH – CH3
(3). 2-metil-propena

isomer posisi yang mungkin dimiliki oleh C5H10, butena
(1). 1-pentena
H2C = CH – CH2 – CH2 – CH3
(2). 2-pentena
H3C – CH = CH – CH2 – CH3
(3). 2-metil-1-butena
(4). 3-metil-1-butena

(5). 2-metil-2-butena

(6). 3-metil-2-butena
2) Isomer geometri
            Isomer geometri adalah isomer yang menjadikan ikatan rangkap sebagai sumbu atau keisomeran yang terjadi karena perbedaan orientasi gugus-gugus di sekitar C ikatan rangkap. Syarat terjadinya isomer geometri adalah apabila masing-masing atom karbon yang berikatan rangkap mengikat 2 atom atau 2 gugus yang berbeda, sehingga jika atom atau gugus yang diikat tersebut bertukar tempat, maka strukturnya akan menjadi berbeda.

Contoh Isomer geometri :
a) Isomer geometri dari 2-pentena  H3C – CH = CH – CH2 – CH3
(1) Cis–2–pentena
(2) Trans–2–pentena
b) Isomer geometri dari 2-kloro-2-butena

(1) Cis–2-kloro–2-butena
(2) Trans–2-kloro–2-butena
c. 2–butena mempunyai dua isomer geometri, yaitu  :
(1) Cis–2–butena
(2) Trans–2–butena
a. Sifat Fisik Alkena
1) Alkena memiliki sifat fisika yang sama dengan alkana. Perbedaannya yaitu, alkena sedikit larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan rangkap yang membentuk ikatan Ï€. Ikatan Ï€ tersebut akan ditarik oleh hidrogen dari air yang bermuatan positif sebagian.

2) Titik leleh dan titik didih alkena hampir sama dengan alkana yang sesuai, makin bertambah jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi.

b.
Sifat Kimia Alkena
Alkena jauh lebih reaktif daripada alkana karena adanya ikatan rangkap. Reaksi alkena terutama terjadi pada ikatan rangkap tersebut.

Reaksi-reaksi alkena sebagai berikut.

a) Reaksi Adisi (penambahan atau penjenuhan)

Reaksi adisi, yaitu pengubahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal dengan cara mengikat atom lain.

Zat-zat yang dapat mengadisi alkena adalah :

(1) Gas hidrogen (H2)

Reaksi adisi merupakan reaksi pemutusan ikatan rangkap. Pada adisi alkena, ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. [2]

a) CH2 = CH2 (etena) + H2 → CH3 – CH3 (etana)

b) CH2 = CH – CH3 (propena) + H2 → CH3 – CH2 – CH3 (propana)

(2) Halogen (F2, Cl2, Br2, dan I2)
Reaksi adisi oleh halogen akan memutus rantai rangkap alkena membentuk alkana. Selanjutnya halogen tersebut akan menjadi cabang/substituen dari alkana yang terbentuk. [2]

a)
b)

(3) Asam halida (HCl, HBr, HF, dan HI)

Jika alkena menangkap asam halida berlaku aturan Markovnikov, yaitu atom H dari asam halida akan terikat
pada atom C berikatan rangkap yang telah memiliki atom H lebih banyak.

Jika atom C yang berikatan rangkap memiliki jumlah H yang sama, halida akan terikat pada atom C yang paling panjang. [2]

a)
b.
Pada gambar di atas ikatan rangkap membagi sama banyak atom C dan atom H, sehingga simetris.
Pada gambar di atas ikatan rangkap tidak membagi sama banyak atom C dan atom H, sehingga tidak simetris.

Keterangan: H terikat pada atom C1 karena C1 mengikat 2 atom H dan C2 mengikat hanya 1 atom H. Sedangkan Br terikat pada atomC2.
b) Reaksi Pembakaran (oksidasi dengan oksigen)
1) Pembakaran sempurna alkena menghasilkan CO2 dan H2O.
C2H4 + 3 O2  → 2 CO2 + 2 H2O

2) Pembakaran tidak sempurna alkena menghasilkan CO dan H2O.
C2H4 + 2 O2 → 2 CO + 2 H2O

c) Reaksi Polimerisasi
Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul sederhana (monomer) menjadi molekul besar (polimer).
Contoh :
Polimerisasi etena menjadi polietena
n CH2 = CH2 → – CH2 – CH2– → [– CH2 – CH2 –]n
2.2.4 MANFAAT ALKENA
  1. Etena; digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik polietena (PE).
  2. Propena, digunakan untuk membuat plastik Beberapa kegunaan monomer dan polimer, yaitu polimer untuk membuat serat sintesis dan peralatan memasak.

2.3  PENGERTIAN ALKUNA
            Alkuna adalah suatu golongan hidrokarbon alifatik yang mempunyai gugus fungsi berupa ikatan ganda tiga karbon-karbon (-C≡C-). Seperti halnya ikatan rangkap dalam alkena, ikatan ganda tiga dalam alkuna juga disebut ikatan tidak jenuh. Ketidakjenuhan ikatan ganda tiga karbon-karbon lebih besar daripada ikatan rangkap. Oleh karena itu kemampuannya bereaksi dengan pereaksi-peraksi yang dapat bereaksi dengan alkena juga lebih besar. Hal inilah yang menyebabkan golongan alkuna memiliki peranan khusus dalam sintesis senyawa organik.
rumus umum alkuna adalah:
CnH2n – 2
Deret homogon dari rumus struktur, rumus molekul, dan tata nama senyawa alkuna
Jumlah C
Rumus Bangun
Rumus Molekul
Nama Kimia
2
HC ≡ CH
C2H2
Etuna
3
HC ≡ C – CH3
C3H4
Propuna
4
HC ≡ C – CH2 – CH3
C4H6
1-butuna
5
HC ≡ C – (CH2)2 – CH3
C5H8
1-pentuna
6
HC ≡ C – (CH2)3 – CH3
C6H10
1-heksuna
7
HC ≡ C – (CH2)4 – CH3
C7H12
1-heptuna
8
HC ≡ C – (CH2)5 – CH3
C8H14
1-oktuna
9
HC ≡ C – (CH2)6 – CH3
C9H16
1-nonuna
10
HC ≡ C – (CH2)7 – CH3
C10H18
1-dekana
2.3.1 TATA NAMA ALKUNA
1) Alkuna rantai lurus namanya sama dengan alkana, hanya akhiran “ana” diganti dengan “una”.
Contoh:
C3H4: propuna
C5H8: pentuna
C4H6: butuna
2) Alkuna rantai bercabang
Urutan penamaan adalah:
a) Memilih rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang yang
mengandung ikatan rangkap tiga. Contoh:
b) Penomoran alkuna dimulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga atom C yang berikatan rangkap tiga mendapat nomor terkecil. Contoh:
c) Penamaan, dengan urutan:
• nomor C yang mengikat cabang
• nama cabang
• nomor C yang berikatan rangkap tiga
• nama rantai induk (alkuna)
Contoh:
3–metil–1–butuna

(bukan 2–metil–3–butuna)
4–metil–2–heksana
(bukan 3–metil–4–heksana)
2.3.2 ISOMER ALKUNA
            Sebagaimana alkana, alkuna juga hanya memiliki isomer posisi. Alkuna tidak memiliki isomer geometri. Mengapa? Sebab alkuna paling rendah yang memiliki isomer yaitu butuna, C4H6. Akibat pengaruh ikatan rangkap, isomer posisi alkuna mengalami dua jenis pergeseran penataan atom, yaitu:
  1. Isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh ikatan rangkap,
  2. Isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh rantai cabang.
isomer yang mungkin dari C4H6.
(1) 1–butuna
HC  C – CH2 – CH3
(2) 2–butuna
H3C – C  C – CH3
isomer yang mungkin dari C5H8
(1) 1–pentuna
HC  C – CH2 – CH2 – CH3
(2) 2–pentuna
H3C – C  C – CH2 – CH3
(3) 3–metil 1–butuna
2.3.3 SIFAT-SIFAT ALKUNA
1) Sifat Fisik
Sifat fisis alkuna sama dengan sifat fisis alkana maupun alkena.
2) Sifat Kimia (Reaksi Alkuna)
Reaksi- reaksi pada alkuna mirip dengan alkena, hanya berbeda pada kebutuhan jumlah pereaksi untuk penjenuhan ikatan rangkap. Alkuna membutuhkan jumlah pereaksi dua kali kebutuhan pereaksi pada alkena untuk jumlah ikatan rangkap yang sama.
Contoh:
Reaksi penjenuhan etena oleh gas hydrogen
Bandingkan dengan reaksi penjenuhan etuna dengan gas hidrogen!



            Etuna (asetilena) yang sehari-hari dikenal sebagai gas karbit dihasilkan dari batu karbit yang direaksikan dengan air:
CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2
            Gas karbit jika dibakar akan menghasilkan suhu yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk mengelas dan memotong logam. Gas karbit sering pun digunakan untuk mempercepat pematangan buah.













BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen (H) dan atom karbon (C).
Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 3 golongan besar, yaitu: Senyawa alifatik dan senyawa siklik serta senyawa aromatik.
Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
a. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.
b. Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna.
Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatik. Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai tertutup.
Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk rantai benzena.

3.2 SARAN

Sebaiknya penggunaan senyawa harus digunakan sebaik-baiknya, karena setiap senyawa itu mempunyai manfaat dan bahaya.






DAFTAR PUSTAKA

Utami, Budi, Mahardiani. Ani. 2009. Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV.HaKa MJ
Purba Michael. 2004. Kimia untuk SMA. Jakarta: Erlangga.