Kamis, 10 Desember 2015

Bahan Aditif Pada Obat




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif juga dibutuhkan bahan aditif / bahan tambahan. Bahan aditif merupakan bahan selain zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun bahan aditif bukan merupakan zat aktif, bahan aditif sangat penting untuk kesuksesan produksi sediaan yang dapat diterima. 
bahan aditif dibutuhkan untuk menutupi kekurangan sedian farmasi, karena dizaman sekarang ini sedian farmasi sudah semakin berkembang dari bentuk serta cara pemakainnya. Sediaan farmasi juga harus dibuat semenarik mungkin dari segi rasa dan aroma agar mudah untuk dikonsumsi oleh pasien.
Berbagai macam bahan aditif seperti pemanis, pewarna, anti oksidan, dan pengawet sangat dibutuhkan dalam formulasi sediaan farmasi sesuai dengan fungsi dan cara kerja dari masing -  masing bahan aditif tersebut.

1.2           Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini penulis merumuskan masalah yang akan dibahas:
1.      Apa pengertian dari bahan aditif?
2.      Apa saja fungsi dari masing – masing bahan aditif?
3.    Sebutkan contoh dari masing – masing bahan aditif?


1.3           Tujuan
Dari rumusan masalah yang dibahas di makalah ini maka penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.       Memberikan pengetahuan tentang bahan aditif obat
b.      Memberi pengertian dari masing – masing bahan aditif
c.       Mengetahui masing – masing contoh dari bahan aditif


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BAHAN ADITIF

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada obat - obatan, makanan dan kosmetika selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam sediaan farmasi berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan obat tetap terjaga dan untuk mempertahankan efek terapeutik yang mungkin rusak atau hilang selama proses produksi dan penyimpanan hingga ke pendistribusian.

            Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan
efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah obat yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri farmasi memproduksi obat - obatan  yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan.

Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh zat yang akan digunakan sebagai bahan aditif, yaitu:
a.       Inert secara kimia dan farmakologis
b.      Efektif dalam konsentrasi rendah
c.       Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara yang berbahaya
d.      Dapat segera larut dalam media air atau media yang lain
e.       Tidak menimbulkan warna, rasa, dan aroma yang tidak dikehendaki
f.       Compatible dengan bahan yang lain





2.2 JENIS – JENIS BAHAN ADITIF
1.    Pemanis
                  Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan sediaan farmasi, olahan pangan, industri serta minuman dan makanan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain.

                  Pemanis alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa atau fruktosa.Ketiga jenis gula tersebut merupakan pemanis utama yang sering digunakan dalam berbagai industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia.

                  Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural. Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Pemanis sintetis dihasilkan melalui proses kimia. Contoh dari pemanis ini antara lain taumatin, alimat, siklamat, aspartam, dan sakarin. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, contohnya sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt.

Pemanis nutritif adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Sedangkan pemanis non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama sekali tidak ada. Pemanis jenis ini banyak membantu dalam manajemen mengatasi kelebihan berat badan, control glukosa darah,dan kesehatan gigi.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi produksi bahan kimia dan teknologi pengolahan pangan atau produk farmasi dan kesehatan, bahan pemanis alternatif natural mulai banyak digunakan. Hal ini juga ditunjang oleh tren back to nature dan adanya kesadaran konsumen untuk menggunakan produk yang aman dan bergizi. Penggunaan pemanis natural juga dipacu oleh adanya data-data penelitian yang menunjukkan efek samping dalam penggunaan pemanis sintetis,yaitu bersifat karsinogenik.

Adapun jenis – jenis pemanis yang digunakan dalam bidang farmasi yaitu :
ü  Sukrosa (sakarosa) atau gula pasir
ü  Glukosa : kemanisan 0,74 kali sakarosa
ü  Fruktosa : kemanisan 1,12 kali sakarosa
ü  Laktosa : kemanisan 0,4 kali sakarosa
ü  Xylosa : kemanisan 0,7 kali sakarosa
ü  Xylitol : hampir sama dengan kemanisan sakarosa
ü  Sorbitol : kemanisan 0,5 kali sakarosa
ü  Steviosa : kemanisan 800 kali sakarosa
ü  Siklamat : kemanisan 30 kali sakarosa
ü  Sakarin : kemanisan 200 – 700 kali sakarosa
ü  Aspartam : kemisan 100 – 200 kali sakarosa

2.    Pengawet
Pada sediaan farmasi, makanan – minuman dan kosmetika sering digunakan bahan pengawet, Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengawetan merupakan persoalan yang kompleks, dimana setiap produk harus diseleksi.

Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik bakteri, jamur terdapat dimana – mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan bahan pembantu, alat – alat kerja seperti mesin – mesin dan bahan pengemas primer merupakan sumber kontaminasi utama.

Harus diingat bahwa bahan yang bertindak sebagai bahan pengawet sebenarnya adalah bahan kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme, sehingga sering juga disebut sebagai zat anti mikroba.
Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat menyebabkan perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki, disamping itu dapat menyebabkan terjadinya bulukan, kekeruhan, pembentukan bau, dan fermentasi dan bahaya terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pathogen dan kemungkinan terbentuknya produk metabolism yang dihasilkan oleh mikroorganisme pencemar tersebut.

Usaha yang penting mengurangi kandungan mikroorganisme dapat dilakukan pencegahan (produksi higienis), menghilangkan seperti penyaringan, inaktivitas (dengan cara fisika, kimia). Untuk mempertahankan kemurnian sutau sediaan obat selama dalam penyimpanan dan penggunaan, maka dibutuhkan sutau penstabilisasi dengan bahan anti microbial yang disebut pengawet.

Pengawet digunakan untuk wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat masuk dengan tidak sengaja selama atau setelah proses produksi

Pengawet di golongkan sebagai berikut :
Golongan alkohol
Ø  Benzyl alcohol (0,5%)
Ø  Klorbutanol (0,5%)
Ø  Etanol (15%)
Ø  Gliserin (50%)
Ø  Propilen Glikol (30%)

Golongan Fenol
Ø  Fenol (0,5%)
Ø  Kresol (0,3%)
Ø  Klorkresol (0,1%)
Ø  Hexaklorofen (0,1%)

Senyawa Merkuri
Ø  Fenil Merkuri Nitrat/ asetat / borat (0,002)
Ø  Tiomersal (0,02%)

Senyawa Amonium Kuartener
Ø  Aluminium bromide (0,002 – 0,02%)
Ø  Benzalkonium klirida ( 0,005 – 0,02%)
Ø  Cetrimide (0,005 – 0,01%)

Asam, Garam dan Ester
Ø  Asam Benzoat (0,1%)
Ø  Asam salisilat (4,0%)
Ø  Asam sorbat (0,2%)
Ø  Natrium benzoat (0,1%)
Ø  Butyl hidroksi benzoat (0,01%)
Ø  Etil hidroksi benzoat (0,05%)


3.    PEWARNA
Zat pewarna makanan digunakan untuk mengubah warna asli suatu makanan atau minuman, juga obat-obatan. Selain itu, karena keamanannya, zat pewarna ini juga digunakan pada berbagai jenis aplikasi non makanan, seperti kerajinan rumah tangga atau mainan edukatif.
Warna-warna tertentu dikaitkan dengan persepsi seseorang tentang cita rasa. Biasanya makanan atau minuman yang beraroma strawberry misalnya, maka pembuatnya akan memberikan zat warna merah. Begitu pun untuk cita rasa lainnya, seperti hijau untuk rasa apel atau melon, kuning untuk rasa nanas atau jeruk, dan coklat untuk karamel.
Zat pewarna juga digunakan untuk mengurangi variasi warna yang terjadi pada komoditas tertentu yang secara alami mengalami perubahan warna akibat musim, pengolahan, dan penyimpanan. Contoh komoditas ini antara lain jeruk florida dan ikan salmon.
Secara umum, tujuan ditambahkannya zat pewarna pada suatu makanan/minuman adalah untuk memenuhi maksud-maksud berikut ini:

1. Memberi identitas pada makanan/minuman
2. Melindungi rasa dan vitamin tertentu dari kerusakan akibat cahaya
3. Melindungi komoditas dari pudarnya warna akibat cahaya, atau suhu yang ekstrem.
4. Menutupi variasi warna alami
5. Memperkuat warna alami komoditas
Zat warna tersebut terbagi atas zat warna yang sintetis dan yang alami. Zat warna sintetis meliputi FD&C Blue No.1 (atau brilliant blue FCF atau E133), FD&C Red No.40 (atau allura red AC atau E129), FD&C Yellow No.5 (atau tartrazine atau E102), FD&C Blue No.2 (atau indigotine atau E132), FD&C Green No.3 (atau fast green FCF atau E143), FD&C Red No.3 (atau erythrosine atau E127), dan FD&C Yellow No.6 (atau sunset yellow FCF atau E110). Zat warna tersebut disebut zat warna primer, sedangkan campuran dari zat-zat warna tersebut dinamakan warna sekunder.
Selain yang disebutkan di atas, terdapat pula zat warna alami, contohnya meliputi warna karamel (dari gula yang dikaramelkan, digunakan untuk minuman kola dan kosmetik), zat warna mineral (Ferri Oksida, Titan Oksida, karbon hitam), annatto (pewarna kuning kemerahan yang berasal dari biji tanaman Achiote), pewarna hijau dari alga chlorella, cochineal (zat warna merah dari serangga Dactylopius coccus), kunyit, paprika, serta elderberry.
Simbol FD&C berarti bahwa FDA (the Food and Drug Administration) telah menyetujui penggunaan zat warna bersangkutan pada makanan, obat, dan kosmetik. Sedangkan simbol E, seperti pada zat warna E143, berarti bahwa zat warna tersebut telah disetujui untuk digunakan di wilayah Uni Eropa. Zat warna alami lebih aman untuk digunakan. Oleh karena itu penggunaannya sangat dianjurkan.

4.    ANTI OKSIDAN
Anti oksidan sangat dibutuhkan dalam pembuatan sediaan obat, karena kerja dari anti oksidan yang mencegah terjadinya reaksi oksidasi bahan obat, sehingga perusakan oksidatif tidak terjadi. Jika perusakan oksidatif terjadi pada suatu sediaan obat, maka obat akan mengalami perubahan dari aroma dan akan mempengaruhi rasa serta efek terapeutik dari obat.

Beberapa golongan anti oksidan yang lazim dipergunakan yaitu :
·         Senyawa Alam : tokoferol, Asam Askorbat, koniferil Benzoat
·         Senyawa Belerang anorganik : Na- sulfat, Na-hidrogensulfit, Na-pirosulfit.
·         Senyawa belerang organic :  sistein, gluthation, asam tiolaktat, asam tiogukolat
·         Senyawa buatan : BHA, BHT dan ester asam galat



























BAB III
PENUTUP

3.1         KESIMPULAN
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada obat - obatan, makanan dan kosmetika selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam sediaan farmasi berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan obat tetap terjaga dan untuk mempertahankan efek terapeutik yang mungkin rusak atau hilang selama proses produksi dan penyimpanan hingga ke pendistribusian.

Ada berbagai macam bahan aditif yang digunakan untuk sediaan farmasi yaitu :

·         Pemanis: Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia.
·         Pengawet :berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam sedian farmasi
·         Pewarna : berfungsi untuk meningkatkan penerimaan pasien dan sebagai identitas obat
·         Antioksidan : berfungsi menegah terjadinya reaksi oksidasi bahan obat.










Daftar Pustaka
Erlawan Lismana dan Imam paryanto. (2014).Beberapa Bahan Pemanis Alternatif yang Aman. Di ambil dari . http://archive.gao.gov/d4t4/130780.pdf

Anonim : Modul Farmasetika I
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia , edisi III, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar